
Hadits Maudhu’ atau hadits palsu muncul sekitar tahun 41 H. Di saat masa tabi’in pemalsuan hadits lebih sedikit dibanding masa tabiut tabi’in. Di masa tabi’in masih banyak diantara sahabat dan tabi’in yang mengamalkan sunnah sehingga mereka mengetahui mana hadits yang shahih dan hadits palsu.
Hadits maudhu’ dapat digolongkan sebagai hadits yang tertolak karena ada segi kecacatan pada jalur perawinya dan lafadz (isi). Ini disebabkan karena ada periwayat yang berdusta dengan berbagai tujuan, baik itu karena perselisihan antar golongan, menjauhkan kaum muslimin dengan aqidah, dan juga pemahaman yang keliru dari Madzhab yang sesat.
Dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,"Barangsiapa menceritakan hadits dariku, yang mana riwayat itu diduga adalah kebohongan, maka dia (perawi) adalah salah satu dari para pembohong tersebut." (HR. Muslim:1)
Wajib masuk neraka seseorang yang memalsukan sebuah hadits yang berisi kebohongan dengan tidak meriwayatkan dari tsiqat.
Dari Rib'i bin Hirasy bahwasanya dia mendengar Ali berkhuthbah, dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian berdusta atas namaku, karena siapa yang berdusta atas namaku niscaya dia masuk neraka." (HR. Muslim:2)
Dari Anas bin Malik bahwasanya dia berkata,'Sesungguhnya sesuatu yang menghalangiku untuk menceritakan hadits yang banyak kepada kalian adalah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang sengaja melakukan kedustaan atas namaku, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya dari neraka'."
Dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa berdusta atas namaku maka hendaklah dia menempati tempat duduknya dari neraka." (HR. Muslim:4)
Hukum meriwayatkan hadits palsu
Hadits palsu tidak boleh dijadikan dalil, bahkan para ulama sepakat bahwa meriwayatkan hadits palsu adalah haram jika tidak disertai keterangan bahwa hadits tersebut merupakan hadits maudhu'.
Meskipun banyak hadits yang sering didengar tetap saja kita harus berhati- hati dan memastikan bahwa hadits tersebut shahih sebelum menjadikan dalil dan mengamalkannya.
Dari Anas bin Malik bahwasanya dia berkata, 'Sesungguhnya sesuatu yang menghalangiku untuk menceritakan hadits yang banyak kepada kalian adalah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang sengaja melakukan kedustaan atas namaku, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya dari neraka'." (HR. Muslim:3)